Komisi VII Minta KESDM Intensifkan Alat Deteksi Dini Erupsi di Tiap Gunung Aktif
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Bambang Haryadi di sela-sela pemberian bantuan kepada pengungsi erupsi Gunung Semeru, di SMP 2 Negeri Pasirian, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Selasa (14/12/2021). Foto: Ridwan/Man
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Bambang Haryadi meminta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) untuk mengintensifkan alat deteksi dini erupsi bagi gunung aktif di Indonesia. Menurutnya, setelah mendengar penjelasan dari pihak Pemkab Lumajang, tidak ada satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) khusus yang memantau Gunung Semeru dalam rangka untuk mendeteksi dini jika akan terjadi erupsi atau meletus.
“Sebenarnya sudah ada UPT-nya. Cuma UPT itu tidak khusus dikhususkan satu gunung. Jadi, UPT nya ini mendeteksi sekitar 30an gunung. Jadi UPT nya tidak satu, seperti di Merapi, yang satu UPT satu gunung. Komisi VII akan mendorong Menteri ESDM untuk lebih intensifkan agar masing-masing minimal gunung yang berpotensi sebanyak 30 itu satu UPT,” ujar Bambang di sela-sela pemberian bantuan kepada pengungsi erupsi Gunung Semeru, di SMP 2 Negeri Pasirian, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Selasa (14/12/2021).
Menanggapi itu, Wakil Bupati Lumajang Indah Amperawati Masdar mengucapkan terima kasih jika ke depan UPT tersebut dilengkapi alat-alat yang lebih canggih. Sehingga, jika ada potensi awan panas guguran bisa memberi tahu beberapa waktu sebelumnya, baik melalui sirine dan sebagainya. “Semeru akan terus aktif. Harapan kami jika dilengkapi alat yang lebih canggih tentu kami merasa lebih aman dan nyaman,” ujar Indah.
Diketahui, menurut penjelasan dari Kepala Bidang Kedaruratan Rekonstruksi BPBD Lumajang, Joko Sambang, keberadaan alat deteksi dini Gunung Semeru tidak ada. Yang ada hanyalah alat Seismometer untuk memantau pergerakan air dari gunung agar bisa disampaikan ke penambang pasir di bawahnya.
Sebelum erupsi terjadi, alat Seismometer tersebut sempat membaca getaran kenaikan debit air yang mencapai 24 milimeter selama hampir 1 jam. Sementara, aktivitas vulkanik Gunung Semeru secara visual tidak terlihat. Sebab, saat itu gunung tertinggi ketujuh di Indonesia tertutup kabut tebal. (rdn/sf)